Islamedia - Majalah Amerika, Time, menyingkap sebuah laporan dokumentasi yang menjelaskan tentang bagaimana lembaga intelijen Amerika mengalami penipuan perihal keberadaan senjata pemusnah masal Irak. Mereka menjelaskan bahwa Saddam terbiasa dusta terkait kepemilikan senjata pemusnah masal, karena itu mereka meyakini bahwa dia masih menyimpannya.
Harian tersebut memberitakan bahwa Amerika Serikat pergi berperang dan berpatokan kuat pada informasi intelijen palsu yang mengakibatkan terbunuhnya 4486 tentara Amerika dan 318 tentara NATO serta ribuan tak terhitung warta Irak yang meregang ajal akibat tindakan tersebut.
Harian itu mengatakan, "Ketika para penyidik PBB dan Lembaga Nuklir melakukan intervensi melebihi dari yang diperkirakan, para pemimpin Irak merasa khawatir, lalu mereka mengambil keputusan mendasar dengan secara diam-diam menghancurkan bahan-bahan yang tersisa tanpa diumumkan untuk menghilangkan barang bukti."
Mereka menambahkan, "Kami sekarang berani menyatakan bahwa para petinggi Irak khawatir jika menantu Saddam Husein, Kamil Husein Majid, yang dikenal sebagai tokoh penting dalam agenda senjata pemusnah masal Irak dan pemeran utama dalam menutupi program ini, membongkar rahasia tersebut. Maka mereka berkesimpulan bahwa terus menerus mengagendakan program yang sangat besar terkait senjata pemusnah masal di tengah hukuman PBB dan praktek pengingkaran, tidak mungkin dapat terwujud. Lalu mereka mengubah strateginya dengan politik transparan dan kooperatif."
Sebagaimana diberitakan bahwa Amerika Serikat dan Inggris pada tahun 1998 melakukan serangan terbesar terhadap Irak sejak Perang Teluk tahun 1991.
(Islamtoday/ak)
Harian tersebut memberitakan bahwa Amerika Serikat pergi berperang dan berpatokan kuat pada informasi intelijen palsu yang mengakibatkan terbunuhnya 4486 tentara Amerika dan 318 tentara NATO serta ribuan tak terhitung warta Irak yang meregang ajal akibat tindakan tersebut.
Harian itu mengatakan, "Ketika para penyidik PBB dan Lembaga Nuklir melakukan intervensi melebihi dari yang diperkirakan, para pemimpin Irak merasa khawatir, lalu mereka mengambil keputusan mendasar dengan secara diam-diam menghancurkan bahan-bahan yang tersisa tanpa diumumkan untuk menghilangkan barang bukti."
Mereka menambahkan, "Kami sekarang berani menyatakan bahwa para petinggi Irak khawatir jika menantu Saddam Husein, Kamil Husein Majid, yang dikenal sebagai tokoh penting dalam agenda senjata pemusnah masal Irak dan pemeran utama dalam menutupi program ini, membongkar rahasia tersebut. Maka mereka berkesimpulan bahwa terus menerus mengagendakan program yang sangat besar terkait senjata pemusnah masal di tengah hukuman PBB dan praktek pengingkaran, tidak mungkin dapat terwujud. Lalu mereka mengubah strateginya dengan politik transparan dan kooperatif."
Sebagaimana diberitakan bahwa Amerika Serikat dan Inggris pada tahun 1998 melakukan serangan terbesar terhadap Irak sejak Perang Teluk tahun 1991.
(Islamtoday/ak)