Islamedia - Tidak seperti hari sebelumnya yang sempat
diguyur hujan hampir seharian, cuaca di wilayah Tokyo Ahad (10/6) kemarin
tampak sangat cerah. Terlihat rombongan warga muslim Kanto sudah berkumpul di stasiun Nagatsuta,Yokohama. Mereka hendak
mengikuti “Tamasya Ceria Penuh Ukhuwah” yang diselenggarakan oleh Forum Kajian
Islam Tokyo dan Sekitarnya (Forkita). Lokasi acara yang dituju yakni
Kodomonokuni (こどもの国),
sebuah taman bermain anak yang dibangun dalam rangka memperingati pernikahan
Pangeran Akihito dan Putri Michiko pada tahun 1959. Untuk sampai ke lokasi tersebut,
hanya butuh waktu 7 menit menggunakan kereta jurusan Kodomonokuni dari stasiun
Nagatsuta. Harga tiket kereta sebesar 150 yen atau sekitar 17 ribu rupiah.
Taman seluas 976.000 m2 tersebut
menawarkan banyak fasilitas bagi pengunjung, diantaranya kereta uap mini, sewa
sepeda, kolam renang, kebun binatang, berkuda, dll. Untuk bisa masuk, pengunjung
dikenakan tarif tiket yang berbeda tergantung usia: dewasa (600 yen), SD-SMP
(200 yen), TK (100 yen), sedangkan untuk usia dibawah 2 tahun digratiskan.
Dengan banyaknya fasilitas yang ditawarkan, harga yang terjangkau, serta sarana
transportasi yang mudah, tidak heran jika taman Kodomonokuni selalu ramai
pengunjung.
Waktu menunjuk pukul 10.30 ketika
acara resmi dibuka oleh panitia. Diawali dengan pembacaan ayat Al-Quran,
kemudian dilanjutkan dengan penjelasan agenda yang akan dilalui peserta. Ada
permainan yang terbagi ke dalam 4 pos: balap tali, tebak nama, injak balon, dan
bola tangan. Di tiap pos, antar grup akan diadu untuk dicari pemenang yang
nantinya berhak mendapatkan hadiah. Setelah permainan selesai, acara
dilanjutkan dengan makan tumpeng bersama yang sudah disiapkan oleh Ibu-Ibu. Acara
lalu berlanjut ke sholat dzuhur berjamaah, tausiyah tentang ukhuwah, serta
pembagian hadiah.
Dari 100 lebih peserta yang
mendaftar, tercatat ada sebagian yang berasal dari luar negeri, yakni Jepang,
Pakistan, dan Bangladesh. Okubo, salah seorang peserta warga asli Jepang, yang
juga beristrikan orang Indonesia, terlihat sangat antusias mengikuti acara ini.
Bahkan ia berani beradu tebak nama dengan orang Indonesia menggunakan bahasa
Indonesia, meskipun akhirnya kalah. Senada dengan Okubo, Chowdurry (peserta
dari Bangladesh), juga mengaku sangat senang bisa berinteraksi dengan
saudara-saudara muslim dalam balutan keceriaan dan kebersamaan.
Banyak yang berharap acara
kekeluargaan seperti ini bisa rutin diselenggarakan. Selain untuk memupuk
ukhuwah sesama muslim di wilayah Kanto (Tokyo, Kanagawa, Chiba, Ibaraki,
Saitama, dll), juga sebagai sarana
hiburan setelah bergelut dengan aktivitas masing-masing di negara yang
aktivitas kerjanya sangat padat.
Reporter : Nur Ahmadi, Mahasiswa Master Tokyo Institute of Technology