Tamasya Ceria Penuh Ukhuwah Muslim Kanto Jepang -->

Tamasya Ceria Penuh Ukhuwah Muslim Kanto Jepang

Selasa, 12 Juni 2012
Islamedia - Tidak seperti hari sebelumnya yang sempat diguyur hujan hampir seharian, cuaca di wilayah Tokyo Ahad (10/6) kemarin tampak sangat cerah. Terlihat rombongan warga muslim Kanto sudah berkumpul di stasiun Nagatsuta,Yokohama. Mereka hendak mengikuti “Tamasya Ceria Penuh Ukhuwah” yang diselenggarakan oleh Forum Kajian Islam Tokyo dan Sekitarnya (Forkita). Lokasi acara yang dituju yakni Kodomonokuni (こどもの), sebuah taman bermain anak yang dibangun dalam rangka memperingati pernikahan Pangeran Akihito dan Putri Michiko pada tahun 1959. Untuk sampai ke lokasi tersebut, hanya butuh waktu 7 menit menggunakan kereta jurusan Kodomonokuni dari stasiun Nagatsuta. Harga tiket kereta sebesar 150 yen atau sekitar 17 ribu rupiah.

Taman seluas 976.000 m2 tersebut menawarkan banyak fasilitas bagi pengunjung, diantaranya kereta uap mini, sewa sepeda, kolam renang, kebun binatang, berkuda, dll. Untuk bisa masuk, pengunjung dikenakan tarif tiket yang berbeda tergantung usia: dewasa (600 yen), SD-SMP (200 yen), TK (100 yen), sedangkan untuk usia dibawah 2 tahun digratiskan. Dengan banyaknya fasilitas yang ditawarkan, harga yang terjangkau, serta sarana transportasi yang mudah, tidak heran jika taman Kodomonokuni selalu ramai pengunjung.

Waktu menunjuk pukul 10.30 ketika acara resmi dibuka oleh panitia. Diawali dengan pembacaan ayat Al-Quran, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan agenda yang akan dilalui peserta. Ada permainan yang terbagi ke dalam 4 pos: balap tali, tebak nama, injak balon, dan bola tangan. Di tiap pos, antar grup akan diadu untuk dicari pemenang yang nantinya berhak mendapatkan hadiah. Setelah permainan selesai, acara dilanjutkan dengan makan tumpeng bersama yang sudah disiapkan oleh Ibu-Ibu. Acara lalu berlanjut ke sholat dzuhur berjamaah, tausiyah tentang ukhuwah, serta pembagian hadiah.

Dari 100 lebih peserta yang mendaftar, tercatat ada sebagian yang berasal dari luar negeri, yakni Jepang, Pakistan, dan Bangladesh. Okubo, salah seorang peserta warga asli Jepang, yang juga beristrikan orang Indonesia, terlihat sangat antusias mengikuti acara ini. Bahkan ia berani beradu tebak nama dengan orang Indonesia menggunakan bahasa Indonesia, meskipun akhirnya kalah. Senada dengan Okubo, Chowdurry (peserta dari Bangladesh), juga mengaku sangat senang bisa berinteraksi dengan saudara-saudara muslim dalam balutan keceriaan dan kebersamaan. 

Banyak yang berharap acara kekeluargaan seperti ini bisa rutin diselenggarakan. Selain untuk memupuk ukhuwah sesama muslim di wilayah Kanto (Tokyo, Kanagawa, Chiba, Ibaraki, Saitama, dll),  juga sebagai sarana hiburan setelah bergelut dengan aktivitas masing-masing di negara yang aktivitas kerjanya sangat padat.

Reporter : Nur Ahmadi, Mahasiswa Master Tokyo Institute of Technology