Soal Kondom, Khofifah Kritik Menteri Kesehatan -->

Soal Kondom, Khofifah Kritik Menteri Kesehatan

Admin
Rabu, 20 Juni 2012
Islamedia - Ketua Umum Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa, mengkritik tajam rencana Kementerian Kesehatan yang akan membagi-bagikan kondom kepada kelompok seks berisiko menularkan penyakit atau berisiko memicu kehamilan yang tidak direncanakan.

“Yang jelas bagi-bagi kondom tidak akan selesaikan masalah moral di Indonesia,” kata Khofifah dalam sambutannya pada peringatan Harlah ke-66 Muslimat, di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (19/6) kemarin.

Menurutnya, program bagi-bagi kondom tersebut tidak akan menyelesaikan problem kemerosotan moral generasi muda saat ini. “Juga tidak sinkron dengan program Kementerian lain,” jelasnya.

Ia mengungkapkan, Kementerian Agama telah memprogram gerakan Maghrib mengaji. Sedangkan Kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan telah menyiapkan pedoman pendidikan karakter. “Muslimat NU menyambut positif program dua Kementerian tersebut,” katanya.

Sayangnya, program Kemenag dan Kemendikbud tersebut itu tidak mendapat dukungan dari Kementerian Kesehatan dengan rencana program bagi-bagi kondom. “Ini jelas merusak orkestra pembangunan kita, karena program yang satu bertentangan dengan program yang lain,” kata Khofifah.

Dalam acara yang dihadiri Menteri Agama Suryadharma Ali, Menpera Djan Faridz dan Ketua Umum PBNU Dr Said Aqil Siradj tersebut, Khofifah menegaskan bahwa masalah kemerosotan moral sudah sangat memprihatinkan.

“Data yang kami up date pada 2011, ada 5 juta perempuan menggugurkan kandungan. Usia 16 tahun kebawah yang dominan yaitu 62 persen. Persoalan umat yang sudah seperti ini jangan dijawab dengan membagikan kondom untuk remaja kita. Tapi bagaimana kita ikhtiar luar biasa agar ada iman dan takwa yang tertanam pada anak-anak kita,” katanya.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi mengungkapkan, pihaknya akan kembali mengkampanyekan penggunaan kondom pada kelompok seks berisiko untuk menurunkan angka HIV/AIDS di Indonesia yang kasusnya masih sangat tinggi.

Nafsiah mengatakan, yang dimaksud dengan seks berisiko adalah setiap hubungan seks yang berisko menularkan penyakit dan atau berisiko memicu kehamilan yang tidak direncanakan. Kampanye ini menjadi penting, mengingat masih banyak kasus kehamilan yang tidak direncanakan terjadi pada anak-anak remaja.

Sementara itu, Menteri Agama Suryadharma Ali berharap kiprah Muslimat NU terus ditingkatkan, dalam upaya menghadapi berbagai persoalan pelik yang menimpa generasi muda saat ini.

"Saya kaget mendengar pemaparan bu Khofifah soal pergaulan bebas pada remaja kita, yang begitu memprihatinkan. Juga masalah narkoba. Oleh karenanya saya berharap kiprah Muslimat NU terus ditingkatkan," katanya.

Lebih lanjut, Menag meminta kaum ibu kader Muslimat NU menjadi pendidik keluarga yang tangguh, demi menjaga anak-anaknya dari pengaruh negatif pergaulan bebas, narkoba dan paham agama yang merusak akidah Islam.

"Bila jutaan (kader) Muslimat NU bergerak bersama-sama, maka akan terbentuk anak-anak yang baik, sehingga akan terbentuk masyarakat yang baik bagi masa depan Indonesia. Jangan ada lagi generasi yang menggampangkan kondom dan narkoba," jelasnya.

Soal Maghrib Mengaji, Menag menegaskan, bahwa program tersebut merupakan warisan luhur dari nenek moyang Indonesia. “Mari kita hidupkan lagi semangat luhur itu yang relevan untuk menjaga moral dan karakter bangsa,” katanya.[muslimatnu/mil]