Islamedia - Cinta
Ilmu . Seorang muslimah hendaknya memiliki rasa cinta ilmu, karena itu
merupakan karakter orang beriman. Sesuai dengan ayat alQuran yang
pertama turun, Iqo’ (bacalah). Sebagai manusia tentu banyak hal yang
tidak kita ketahui, banyak pertanyaan dalam benak yang membutuhkan
jawaban. Tak selayaknya seorang muslimah membiarkan diri terlarut dalam
ketidaktahuan dan ketidakfahaman tentang ilmu agama.
Minimnya pengetahuan dan pemahaman sebagian besar muslimah tentang Islam menjadi keprihatinan Ketua Umum Pimpina Pusat Persaudaraan Muslimah (PP Salimah) periode 2010-2015, Nurul Hidayati. Padahal, pengetahuan modal penting untuk bias menjadi muslimah, istri, dan ibu yang berkualitas. Persoalan itulah yang menjadi focus kegiatan Salimah diawal kepemimpinan Nurul Hidayati.
Didasari keprihatinan terhadap maraknya kasus yang menimpa perempuan, seperti trafficking, kekerasan dalam rumah tangga, tingginya kematian ibu dan sebagainya. Belum lagi fakta mengenai kian terguncangnya institusi keluarga, penyalahgunaan narkoba, pornografi, serta meningkatnya kasus pelecehan dan jumlah anak yang menjadi korban kekerasan seksual.
Semua permasalahan tersebut bersumber dari satu hal: kurangnya pemahaman tentang Islam. Dan wanita merupakan agen perubahan yang sangat potensial, karenaperannya sangat penting dalam sebuah keluarga.mendidik wanita berarti mendidik banyak generasi di masa depan.
Maka, dibuatlah program untuk mengedukasi para muslimah. Sosialisasi program dilakukan oleh para da’iyah dengan menggiatkan forum silaturrahim majlis ta’lim. Suatu wadah pendidikan yang sangat potensial. Majlis ta’lim layaknya sekolah terbuka yang dapat dimanfaatkan untuk menuntut ilmu.
Sebelum mendidik umat, tentu sangat penting untuk mendidik para da’iyah yang akan memimpin majlis ta’lim. Oleh Karena itu, Salimah memberikan pelatihan untuk meningkatkan kualitas pemahaman agama para da’iyah. Yakni, pelatihan manajemen majlis ta’lim, cara meningkatkan kualitas kepribadian, kepemimpinan, pola asuh anak, serta upaya menghadapi bahaya pornografi dan penyalahgunaan narkoba yang semakin mengancam keluarga muslimah.
Cinta Ilmu . Seorang muslimah hendaknya memiliki rasa cinta ilmu, karena itu merupakan karakter orang beriman. Sesuai dengan ayat alQuran yang pertama turun, Iqo’ (bacalah). Sebagai manusia tentu banyak hal yang tidak kita ketahui, banyak pertanyaan dalam benak yang membutuhkan jawaban. Tak selayaknya seorang muslimah membiarkan diri terlarut dalam ketidaktahuan dan ketidakfahaman tentang ilmu agama.
Pemahaman terhadap agama merupakan modal penting dalam hidup. Contoh, saat mengalami musibah, pemahaman seperti apa yang seharusnya ada dalam benak seorang muslimah. Bagi orang yang tidak memiliki pemahaman agama yang benar, saat mendapat takdir yang tidak sesuai keinginannya akan marah pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Alih-alih menminta pertolongan pada Allah, malah meminta kepada selain Allah na’udzubillah min dzalik. Muslimah harus bias menentukan sikap berdasarkan AlQur’an dan Hadits, karenanya tidak boleh berhenti belajar. Jangan bangga menjdai orang yang tidak faham. Kita harus bias memotivasi diri sendiri untuk belajar. Belajar di majlis ta’lim, Tanya ke ustadz dan ustadzah, membaca buku atau diskusi. Waspadai pula penyakit orang yang menuntut ilmu, yaitu yang tidak kontinyu dan tidak bersunguh-sungguh.
Modal Usaha, Pendampingan, Pembinaan Muslimah. Selain minimnya pemahaman agama, persoalan muslimah yang tak kalah penting untuk diatasi adalah kemiskinan. Untuk itu Salimah melakukan upaya pendampingan dan pembinaan untuk pemberdayaan muslimah secara ekonomi., agar mereka terbebas dari belenggu kemiskinan.
Salimah tidak begitu saja memberikan bantuan modal, tapi juga disertai pembinaan. Tujuannya agar Salimah mengenal siapa yang diberi bantuan, untuk apa bantuan itu digunakan, sekaligus memastikan bahwa bantuan itu dikembalikan. Para penerima bantuan itu dibina supaya mereka menyadari kewajibannya untuk mengembalikan bantuan modal tersebut. Karena mereka mengetahui, masih banyak muslimah yang menunggu giliran untuk diberi bantuan. Umumnya, para muslimah binaan Salimah ini berwirausaha di bidang yang memang menjadi kebutuhan pokok manusia, seperti membuka warung nasi, toko kelontong atau membuat aneka penganan.
Perilaku konsumtif tak hanya menjadi persoalan kalangan mengengah saja, tapi juga kaum marjinal. Diakui atau tidak, secara politik Negara ini memang dibuat untuk menjadi Negara konsumtif. Untuk membina muslimah Indonesia berpeliraku produktif, tentu tidak mudah. Akan tetapi, Salimah terus berupaya menggalakkan kegiatan untuk membangun dan meningkatkan kesadaran muslimah untuk hidup hemat dan rajin menabung. Slah satu caranya dengan membangun koperasi. Dengan mereka hidup hemat dan rajin menabung, mereka bias disiplin untuk mengembalikan pinjaman. Terbukti para muslimah ini mampu membayar cicilan pinjaman Rp. 100.000 perbulan. Alhamdulillah.
Penulis Nurul Hidayati, S.S , M.BA , ketua umum PP Salimah
Sumber : Salimah
Minimnya pengetahuan dan pemahaman sebagian besar muslimah tentang Islam menjadi keprihatinan Ketua Umum Pimpina Pusat Persaudaraan Muslimah (PP Salimah) periode 2010-2015, Nurul Hidayati. Padahal, pengetahuan modal penting untuk bias menjadi muslimah, istri, dan ibu yang berkualitas. Persoalan itulah yang menjadi focus kegiatan Salimah diawal kepemimpinan Nurul Hidayati.
Didasari keprihatinan terhadap maraknya kasus yang menimpa perempuan, seperti trafficking, kekerasan dalam rumah tangga, tingginya kematian ibu dan sebagainya. Belum lagi fakta mengenai kian terguncangnya institusi keluarga, penyalahgunaan narkoba, pornografi, serta meningkatnya kasus pelecehan dan jumlah anak yang menjadi korban kekerasan seksual.
Semua permasalahan tersebut bersumber dari satu hal: kurangnya pemahaman tentang Islam. Dan wanita merupakan agen perubahan yang sangat potensial, karenaperannya sangat penting dalam sebuah keluarga.mendidik wanita berarti mendidik banyak generasi di masa depan.
Maka, dibuatlah program untuk mengedukasi para muslimah. Sosialisasi program dilakukan oleh para da’iyah dengan menggiatkan forum silaturrahim majlis ta’lim. Suatu wadah pendidikan yang sangat potensial. Majlis ta’lim layaknya sekolah terbuka yang dapat dimanfaatkan untuk menuntut ilmu.
Sebelum mendidik umat, tentu sangat penting untuk mendidik para da’iyah yang akan memimpin majlis ta’lim. Oleh Karena itu, Salimah memberikan pelatihan untuk meningkatkan kualitas pemahaman agama para da’iyah. Yakni, pelatihan manajemen majlis ta’lim, cara meningkatkan kualitas kepribadian, kepemimpinan, pola asuh anak, serta upaya menghadapi bahaya pornografi dan penyalahgunaan narkoba yang semakin mengancam keluarga muslimah.
Cinta Ilmu . Seorang muslimah hendaknya memiliki rasa cinta ilmu, karena itu merupakan karakter orang beriman. Sesuai dengan ayat alQuran yang pertama turun, Iqo’ (bacalah). Sebagai manusia tentu banyak hal yang tidak kita ketahui, banyak pertanyaan dalam benak yang membutuhkan jawaban. Tak selayaknya seorang muslimah membiarkan diri terlarut dalam ketidaktahuan dan ketidakfahaman tentang ilmu agama.
Pemahaman terhadap agama merupakan modal penting dalam hidup. Contoh, saat mengalami musibah, pemahaman seperti apa yang seharusnya ada dalam benak seorang muslimah. Bagi orang yang tidak memiliki pemahaman agama yang benar, saat mendapat takdir yang tidak sesuai keinginannya akan marah pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Alih-alih menminta pertolongan pada Allah, malah meminta kepada selain Allah na’udzubillah min dzalik. Muslimah harus bias menentukan sikap berdasarkan AlQur’an dan Hadits, karenanya tidak boleh berhenti belajar. Jangan bangga menjdai orang yang tidak faham. Kita harus bias memotivasi diri sendiri untuk belajar. Belajar di majlis ta’lim, Tanya ke ustadz dan ustadzah, membaca buku atau diskusi. Waspadai pula penyakit orang yang menuntut ilmu, yaitu yang tidak kontinyu dan tidak bersunguh-sungguh.
Modal Usaha, Pendampingan, Pembinaan Muslimah. Selain minimnya pemahaman agama, persoalan muslimah yang tak kalah penting untuk diatasi adalah kemiskinan. Untuk itu Salimah melakukan upaya pendampingan dan pembinaan untuk pemberdayaan muslimah secara ekonomi., agar mereka terbebas dari belenggu kemiskinan.
Salimah tidak begitu saja memberikan bantuan modal, tapi juga disertai pembinaan. Tujuannya agar Salimah mengenal siapa yang diberi bantuan, untuk apa bantuan itu digunakan, sekaligus memastikan bahwa bantuan itu dikembalikan. Para penerima bantuan itu dibina supaya mereka menyadari kewajibannya untuk mengembalikan bantuan modal tersebut. Karena mereka mengetahui, masih banyak muslimah yang menunggu giliran untuk diberi bantuan. Umumnya, para muslimah binaan Salimah ini berwirausaha di bidang yang memang menjadi kebutuhan pokok manusia, seperti membuka warung nasi, toko kelontong atau membuat aneka penganan.
Perilaku konsumtif tak hanya menjadi persoalan kalangan mengengah saja, tapi juga kaum marjinal. Diakui atau tidak, secara politik Negara ini memang dibuat untuk menjadi Negara konsumtif. Untuk membina muslimah Indonesia berpeliraku produktif, tentu tidak mudah. Akan tetapi, Salimah terus berupaya menggalakkan kegiatan untuk membangun dan meningkatkan kesadaran muslimah untuk hidup hemat dan rajin menabung. Slah satu caranya dengan membangun koperasi. Dengan mereka hidup hemat dan rajin menabung, mereka bias disiplin untuk mengembalikan pinjaman. Terbukti para muslimah ini mampu membayar cicilan pinjaman Rp. 100.000 perbulan. Alhamdulillah.
Penulis Nurul Hidayati, S.S , M.BA , ketua umum PP Salimah
Sumber : Salimah