Pemimpin Rusia Vladimir Putin pada Senin merebut kembali Kremlin setelah menang telak dalam pemilihan presiden, tapi menghadapi unjuk rasa lawan, yang menyatakan pemilihan itu diwarnai kecurangan.

Putin merebut hampir 64 persen suara dalam pemilihan umum pada Minggu itu, merebut kembali kepresidenan Rusia, yang dijabatnya dua masa bakti pada 2000-2008 sebelum tugas empat tahunnya sebagai perdana menteri.

"Menurut hasil awal, Vladimir Vladimirovich Putin terpilih menjadi presiden Federasi Rusia," kata ketua panitia pemilihan Vladimir Churov kepada wartawan yang dikutip AFP dam Reuters.

Pesaing terdekatnya, ketua partai Komunis Gennady Zyuganov, membuntuti ketat dengan kemenangan telak. Tapi, Putin akan menghadapi serangkaian unjukrasa besar lawan terhadap pemerintahannya di Moskow pada Senin petang.

Pemimpin lawan memperkirakan puluhribuan orang hadir di alun-alun Pushkin untuk "Rusia tanpa Putin" dalam unjukrasa disetujui pejabat, tapi akan berlangsung di tengah keamanan ketat.

Dalam gerakan tak terduga menjelang unjukrasa itu, Kremlin menyatakan calon mantan Presiden Dmitry Medvedev memerintahkan peninjauan atas hukuman terhadap taipan Mikhail Khodorkovsky, yang pemenjaraannay dilihat lawan bermuatan politik.

"Vladimir Putin menang dalam pemilihan presiden dengan selisih besar, tetapi pengabsahannya belum selesai," kata harian niaga "Vedomosti".

Pihak lawan menyuarakan keprihatinan mengenai yang disebut pemungutan suara "komidi putar", dengan orang memberikan suara ganda di tempat pemungutan suara berbeda menggunakan dokumen absensi suara.

"Kami tidak akan mengakui pemilihan ini. Kami menganggapnya tidak sah, tidak jujur dan tidak terbuka," kata Zyuganov setelah pengumuman hasil itu.

Putin, yang amanat baru presidennya enam tahun, akan kembali ke Kremlin saat perubahan cepat masyarakat di Rusia, yang menghasilkan kelas menengah kian cerdas dan ledakan penggunaan Internet.

Tapi, kekhawatiran itu tidak merusak suasana hati Putin pada Senin malam saat ia muncul di depan lebih dari 100.000 pendukungnya di luar Kremlin dan tampak menghapus air matanya, meskipun ia kemudian menyatakan itu disebabkan angin.

"Kami menang dalam pertempuran terbuka dan jujur," kata Putin dengan suara seraknya penuh perasaan, berdiri di panggung bersama Medvedev di alun-alun Manezh.

"Saya menjanjikan Anda kami akan menang, kami menang. Hidup Rusia!" kata Putin.

Pendukungnya memenuhi alun-alun itu, melimpah ke jalan di sekitarnya, melambaikan bendera Rusia dan meneriakkan "Putin, Putin!". Ia kemudian mengunjungi kantor pusat pemilihannya dan menjabat tangan, memeluk dan mencium pendukungnya.

Sekutu terdekat Rusia sudah memberi selamat kepada Putin, dengan Presiden Venezuela Hugo Chavez berjanji memperdalam hubungan "strategis" dan Presiden Cina Hu Jintao mengirim pesan ucapan selamat.

Putin, yang direncanakan dilantik pada Mei, menang 63,75 persen suara, jauh di depan Zyuganov dengan 17,19 persen, kata panitia pemilihan berdasarkan atas hitungan dari 99,3 persen tempat pemungutan suara.

Tempat ketiga diduduki konglomerat jadi politikus Mikhail Prokhorov dengan 7.82 persen, yang dilihat sebagai terobosan, karena hartawan itu baru mengumumkan niatnya ikut pemilihan pada akhir tahun lalu.

Gembong ultra-nasionalis Vladimir Zhirinovsky, tokoh pada pemilihan umum pada masa lalu, di tempat keempat dengan 6,23 persen, sementara mantan ketua majelis tinggi Sergei Mironov membuntuti di urutan kelima dengan 3,85 persen.

Dalam beberapa tanda ketidakpuasan di kalangan elit perkotaan, Putin gagal mendapatkan setengah dari jumlah suara di Moskow, dengan merebut 47,22 persen, sementara Prokhorov tampil di tempat kedua dengan 20,21 persen.

Tapi, hitungan awal dari Chechnya menyatakan Putin meraih 99,73 persen suara di wilayah dilanda sengketa itu, dari jumlah suara menakjubkan 99,59 persen.

Jumlah suara 65,3 persen, turun dari peranserta hampir 70 persen pada pemilihan presiden pada 2008, tapi naik dari angka pada pemilihan anggota parlemen pada 4 Desember. [antara/ruslan burhani/B002/Z002]