KEJAYAAN BANTEN Jangan Hanya Dikenang, Mari Kita Ulang

Islam edia - Secara geografi, Banten lama dianggap bagian dari Jawa Barat. Padahal, sejarah Banten menunjukkan kenyataan yang berbeda. Seca...

Islamedia - Secara geografi, Banten lama dianggap bagian dari Jawa Barat. Padahal, sejarah Banten menunjukkan kenyataan yang berbeda. Secara geopolitik dan budaya, Banten memiliki karakter yang khas. Kota pelabuhan ini adalah salah satu pintu gerbang kepulauan Nusantara dan pada 1556 secara khusus telah menjadi pintu masuk Belanda untuk pertama kalinya

Banten didirikan oleh Maulana Hasanudin yang merebut wilayah ini pada 1527. Penerusnya, Maulana Yusuf, akhirnya mengalahkan ibukota kerajaan Sunda. Ini adalah sebuah titik balik Kerajaan Banten yang ditandai dengan diambilalihnya kekuasaan pemerintahan Jawa Barat oleh Banten. Dalam beberapa studi disebutkan bahwa pada masa itu berlaku sebuah anggapan umum bahwa pendudukan suatu wilayah harus ditandai dengan diambil alihnya singgasana tempat raja dinobatkan milik pihak yang kalah oleh penakluk. Palangka Sriman Sriwacana, singgasana milik Pakuan Pajajaran, akhirnya dipindahkan ke Surasowan Banten oleh Maulana Yusuf. Persitiwa ini memiliki peran strategis dalam peta sejarah Banten, sebab dengan diambilnya singgasana tersebut maka tidak dimungkinkan lagi ada raja yang dinobatkan di Jawa Barat.

Kota Banten akhirnya menjadi pusat dari Kesultanan Banten. Kota ini merupakan kota pelabuhan yang sangat besar. Beberapa ahli sejarah seperti de Barros menilai Banten sejajar dengan Malaka dan Makasar. Pinggiran Kota Banten dilengkapi dengan sebuah benteng yang kokoh. Di tengah kota terdapat alun-alun sebagaimana kebanyakan kota di Pulau Jawa saat itu. Alun-alun berfungsi sebagai pusat aktivitas militer, seni, dan pasar rakyat. Di selatan alun-alun berdiri istana kerajaan yang dilengkapi dengan bangunan datar tempat raja berinteraksi langsung dengan rakyatnya. Sementara masjid raya terletak di barat alun-alun.

Posisi sebagai kota pelabuhan membuat Banten memiliki peran strategis sebagai salah satu pusat perdagangan Asia. Beberapa bangsa telah masuk Nusantara melalui Banten. Diawali Portugis, Belanda, Denmark, dan Inggris. Dalam kepentingan perdagangan inilah, Belanda mengungguli bangsa-bangsa lain tersebut.

Ketika masa pendudukan, Pemerintah Hindia belanda menerbitkan aturan untuk memperbarui sistem desentralisasi. Dibentuklah Provincie West Java yang merupakan pemerintahan otonomi provinsi pada 1 Januari 1926. Aturan inilah yang membuat Banten akhirnya menjadi bagian dari Jawa Barat. Banten adalah salah satu karesidenan Provinsi Jawa Barat bersama dengan Batavia, Buitenzorg (Bogor), Priangan, dan Cirebon. Dengan dasar inilah hingga era reformasi, Banten menjadi bagian dari Jawa Barat. Otonomi daerah memungkinkan Banten kembali menjadi daerah dengan karakteristik yang unik dan dikelola secara mandiri. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 adalah titik balik yang menetapkan Banten sebagai provinsi tersendiri dengan pusat pemerintahan di Serang.

Salah satu yang unik dari Banten adalah keberadaan Suku Baduy Dalam. Suku ini adalah suku asli masyarakat banten yang menjaga pola hidup dan tradisi menolak modernisasi. Mereka tinggal di kawasan Cagar Budaya Pegunungan Kendeng di Kanekes di atas lahan seluas lebih dari 5.000 ha. Masyarakat Baduy Dalam menilai tanah tempat tinggal mereka adalah titipan dari nenek moyang yang harus dipreservasi tanpa dirusak oleh perkembangan zaman. Keaslian adalah ciri khas dari masyarakat ini.

Sementara itu, masyarakat Banten mayoritas memeluk agama Islam. Tingkat keagamaan masyarakat Banten cukup tinggi mengingat Banten adalah salah satu pintu masuk penyebaran agama Islam di Jawa. Masjid Agung Banten Lama menjadi salah satu situs kunjungan ziarah yang setiap hari dibanjiri masyarakat. Komposisi pemeluk agama Islam mencapai 96.6% menandakan bahwa representasi Islam sangat kuat di wilayah ini. Namun, besaran angka itu tidak mengubah sama sekali pola perilaku santun dan damai dengan pemeluk agama lainnya. Potensi pemeluk agama Islam yang besar ini tentu merupakan sebuah legitimasi dan representasi yang unik.

Kejayaan Banten di masa lalu tidak selesai hanya dengan dikenang. Menguang kembali kejayaan itu sangat mungkin, asal kita punya niat melakukannya.

Sumber : jazulijuwaini.com