Islamedia - Manusia akhirnya semakin sadar akan pentingnya agama sebagai spirit bernegara dan lebih-lebih dapat kita kaitkan bagaimana kehidupan agama dapat menuntun kita dalam upaya menyelamatkan kerusakan lingkungan hidup. Pada sifat dasar manusia, semua bersepakat bahwa manusia apapun jenisnya akan memiliki keinginnan yang sama tentang mimpi memiliki kenyamanan hidup. Bahkan kapitalisme dan sosialisme adalah paham yang pada awalnya adalah upaya untuk mencari solusi bagi kehidupan manusia. Sayangnya kedua paham di atas telah keluar dari relnya dan menjadikan malapetaka bagi manusia. Paham kapitalisme terlalu bebas dan sosialisme terlalu mengekang. Untuk itu harus ditemukan sebuah system yang pro terhadap kepentingan rakyat juga pro terhadap terhadap kepentingan pengusaha.
Spirit agama dapat menjadi solusi dari perseteruan keduanya. Agama menjadi sumber ketenangan manusia dari kerakusan yang berlebih dan menjadikan manusia mampu bersifat humanis dan tolong menolong dengan sesamanya. Manusia pasti memiliki keinginan dan mimpi untuk dapat hidup layak di bumi juga bersama ekosystem yang baik atau lebih jelasnya menginginkan kehidupan yang nyaman dengan lingkungan yang baik.
“Setiap individu di seluruh pelosok bumi memiliki kepentingan yang sama untuk menghisap udara bersih, air jernih yang tidak tercemar dan lingkungan yang sehat sebagai prasyarat dasar merengkuh kehidupan berkualitas sehingga berkesempatan mengaktualisasikan potensi-potensi kemanusiannya”. (Fachruddin M. Mangunwijaya dkk, Menanam Sebelum Kiamat : Islam Ekologi dan Gerakan Lingkungan Hidup, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia : 2007 hal 86). Dengan semangat dan cita-cita di atas manusia harus semakin sadar bahwa kehidupan yang kita jalani adalah bermaksud untuk manusia saling menyadari sebagai makhluk Tuhan yang satu. Kehidupan yang kita jalani seharusnya mempu menjadikan kita, dapat bekerjasama dan meraih spiritual yang selama ini telah dilupakan manusia.
Dan janganlah kalian membuat kerusakan di atas muka bumi setelah Allah memperbaikinya (Q.S Al-A’raaf (7):56). Kita menyadari tanpa agama ini kita menjadi manusia yang akan terus berbuat kerusakan. Dan dengan agama itulah manusia akan menyadari untuk saling mengingatkan dan berbuat sebagaimana mestinya memandang alam sebagai tampat kita hidup. Martin Palmer telah menuliskan kesadarannya tentang pentingnya mengembalikan spiritual agama dalam kehidupan manusia bersama alam, “...Selama lebih dari 30 tahun lembaga-lembaga besar dunia. Para saintis dan pemerintah dan sejumlah besar NGO telah mengkompilasi dan menganalisis secara rinci tentang proses perusakan planet yang tengah kita lakukan, tetapi krisis kingkungan masih bersama kita. Kenyatannya adalah pengetahuan kita tentang krisis ini belum memadai. Pada dasarnya, krisis Lingkungan adalah sebuah krisis pemikiran. Kita adalah apa yang kita pikirkan dan apa yang kita pikirkan di bentuk oleh budaya, keyakinan dan kepercayaan kita. Jika para pemerhati/ aktivis lingkungan (envoronmentalist) memerlukan sebuah kerangka kerja bagaimana nilai-nilai dan kepercayaan tersebut berdaya guna. Maka adakah yang lebih baik dari kembalinya kita pada upaya kerjasama dengan kelompok-kelompok internasional dan jaringan-jaringan masyarakat yang terbesar di dunia? Mengapa kita tidak menoleh kepada peran agam-agama besar dunia?...”
Keyakinan Martin Palmer untuk mengembalikan semua masalah dengan pemahaman agama nukan sekedar ide insidental. Keyakinan pemahaman agama yang baik diharapkkan mampu mengikat semua gejolak tindakan manusia yang sering berbuat kerusakan dan sewenang-wenang sebagai predator alam. Nilai-nilai yang terkandung dalam agama memang sangat mempengaruhi manusia dan paling tidak mampu merubah pola pikir dan pemantik sikap manusia agar tidak bertindak eksploitatif terhadap alam. Manusia yang memiliki rasa beragam yang kuat mayoritas sadar bahwa mereka hidup bersama seluruh ekosystem yang ada dan menyadari bahwa satu sama lain saling membutuhkan bukan untuk merusak.
David E. Cooper dan Joy A. Palmer (spirit of the environment, 1998) yang mengkompilasi tulisan belasan sarjana Internasional dari berbagai bidang seperti filsafat, agama, sains, pendidikan, sastra, antropologi yang kesemuanya sepakat bahwa wawasan spiritual terhadap alam menjadi sebuah kebutuhan nyata dalam upaya kita memelihara lingkungan hidup dan menyelamatkan planet bumi. Wawasan spiritual terhadap alam adalah cara yang paling tepat agar manusia mampu bersinergi terhadap alam. Disamping manusia membutuhkan alam sebagai bentuk simbiosis mutualisme, manusia juga memiliki kewajiban untuk mereboisasi kembali lingkungan alam yang mereka manfaatkan untuk kehidupan. Sebagaimana wajarnya manusia harus memperbaharui kondisi alam yang mereka gunakan seperti tumbuhan, pohon, memelihara kebersihan air, tanah, udara dan lingkungan alam laiannya. Spiritual agama juga sebagai bentuk upaya penyadaran diri manusia sebagai makhluk Tuhan dan kembai memahami ajaran agama dengan benar secara teori dan praksis gerakan.
Ajaran agama yang berdasar pada kitab suci, ajaran Nabi dan kearifan lokal masyarakat, yang mengajak pada pemeliharaan dan penyelamatan. Lingkungan ajaran ini harus dikampanyekan kepada manusia sebagai ajakan upaya kasadaran kolektif. Agama menjadi penyembuh nurani manusia yang sebelumnya penuh dengan sifat tamak seperti eksploitatif berubah menjadi manusia yang peduli dan penyelamat lingkungan sebagai wujud dari bagian ekosystem alam.
Jika tiba waktunya hari kiamat, sementara ditanganmu ada biji kurma maka tanamlah segera (HR Ahmad). Nabi Muhammad sangat peduli terhadap alam walau kiamat benar-benar sudah terjadi. Filosofi kepedulian di atas sudah sangat jelas membuktikan bahwa ajaran Islam yang diajarkan Nabi Muhammad tidak menginginkan adanya ilegal loging sehingga menimbulkan pohon tidak ada. Politik nabi dalam lingkungan hidup sangat mewajibkan manusia untuk peduli dan menanam pohon untuk menjaga kelestarian lingkungan. Dalam surat Al-A’raaf ayat 56 seperti yang penulis kutip pada paragraf sebelumnya juga sangat tegas bahwa Allah swt menolak tegak dan melarang manusia untuk berbuat kerusakan di muka bumi. Dan janganlah kalian membuat kerusakan di atas muka bumi setelah Allah memperbaikinya (Q.S Al-A’raaf (7):56).
Pada hadist lain Nabi juga menjelaskan kepada manusia tentang pahala orang yang menanam tanaman. “Seorang muslim tidak menanam tanaman lalu kemudian seekor burung, manusia atau binatang memakan dati tanaman itu melainkan Allah menulis baginya sedekah” (Mutafaqun alaih, lu’lu’ walmarjan, hadist ke 1001). Selain hadist diatas Nabi juga menyampaikan hadist lain yang sama intinya. “Barang siapa merawat pohon sampai tegak dan berbuah, maka setiap kali ada yang memakan dari buahnya terhitung sedekah baginya disisi Allah (HR Ahmad 4, 51,5, 274). Memulai penyelamatan hidup dengan spirit agama adalah alternatif baik bagi kita semua. Karena kita hidup sama-sama sebagai makhluk Tuhan maka kita harus menjadi makhluk yang mau hidup berdampingan dengan makhluk lain. Kita percaya Tuhan mengirim Nabinya untuk membimbing kepada jalan kebaikan. Mari menjaga lingkungan hidup dengan spirit agama!
Oleh : Dharma Setyawan
Ketua Komunitas Hijau Lampung dan
Aktifis Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)