
“tapi pengendalinya terlalu jauh ayah, ayah bisa mati kalau harus menyelam ke dalam sana..” Elena putri Robert Martos menangis dengan kondisi kapal mewah laksaan TITANIC yang hampir ditelan lautan itu.
“pak biar saya saja yang menyelam ke bawah dan mematikan tombol baling-balingnya. Saya perenang, dan postur tubuh saya jauh lebih ringan dari bapak..jangan bilang saya salah pak!” Dawson kekasih Elena hendak mengorbankan dirinya untuk keselamatan kekasih dan calon mertuanya.
“ya..kamu benar” Robert menjawab pelan dengan mimik wajah yang penuh kecemasan dan bingung “terima kasih nak” Robert menepuk pundak Dawson
Elena semakin menangis tersedu saat kekasih yang dicintainya harus menyelam kebawah sana yang sudah pasti tidak mungkin ia bisa kembali lagi karena jaraknya yang terlalu jauh.
“Elena, ini yang terbaik. Aku harus melakukannya, demi keselamatan kamu dan ayahmu”
“tapi kamu bisa mati dan bagaimana dengan aq dawson..” Elena semakin terisak
“please..say… I love u..please….itu saja yang kubutuhkan. Katakana Elena…aku butuh itu..”
Tak sanggup melihat perpisahan anaknya dengan kekasihnya, Robert pun langsung menyelamkan diri dan menuju kokpit tempat tombol baling-baling berada..Elena menjerit saat sadar ayahnya telah menyelam, dawson terpukul dan menangis tertunduk..
tiba ditempat kokpit, Robert kehabisan nafas namun detik-detik ajalnya ia sempat menekan tombol untuk menon aktifkan baling-baling..robert pun tewas..anak dan kekasihnya selamat dan hidup bahagia..
(dialog sebuah film Hollywood)
tak ada cinta tanpa pengorbanan…begitulah yang ku simpulkan..dan sebesar apapun cinta sang kekasih, cinta sang ayah tetap jauh lebih besar.. begitupun ku coba menyimpulkan..lalu ku pun merenung bagaimana cinta ku dengan dakwah ini??? Pengorbanan apa yang sudah ku persembahkan untuk dakwah ini??
Jika cinta Dawson dan Elena sebegitu hebat yang jelas-jelas cinta bukan di atas syari’at, harusnya cinta kita pada-Nya lebih mengagumkan!!
Lalu adakah cinta ketika diminta datang syuro pun susahnya minta ampun?? Padahal hanya butuh sedikit berkorban waktu. Bukan berkorban yang terlalu berat.
“afwan hari libur ana sibuk sekali, biasa ada sampingan yang harus di urusin”
Sesibuk itukah antum akhi?? Apakah sudah bergeser cintamu kepada kenikmatan dunia yang sedang kau banggakan?? Lupakah kau yang memberimu kenikmatan adalah DIA??
Lalu adakah cinta ketika diminta datang untuk membantu atribusasi syiar dakwah namun tak kunjung datang??
“afwan ya akh, kayanya bakal sia-sia kita atribusasi kalau nanti akan dicopot juga sama “teman” politik kita”
“afwan akh ana masih trauma dengan kejadian 4 tahun lalu, yang mana kerja-kerja kita menjadi sangat sia-sia, dan keluarga kader-kader kita mengalami tekanan yang luar biasa”
Jadi itu akh alasan antum malas untuk datang?? Afwan akh Ana yakin antum faham tabiat jalan dakwah!! Dari dahulu sampai hari ini, yang memperjuangkan dakwah ini adalah kita-kita sebagai kadernya. Dari dulu sampai hari ini kerja kita tetap sama, menempel stiker, pasang banner, pasang bendera, sampai larut malam. Kenapa malam-malam? Karena siang kita harus berjihad iqtishodiyah atau bekerja. Kenapa bukan hari libur?? Terkadang panggilan dakwah pun datang dengan tiba-tiba, sehingga menunggu waktu libur menjadi terlalu lama. Dan hari libur juga terkadang ada acara jama’ah atau acara keluarga. Akhi dari dulu kita tetap sama..yang membesarkan dakwah ini adalah kita..atribut kita dicopot itu sudah biasa..apa yang kita bangun?? “husnudzon” “mereka terlalu cinta dengan kita, sampai-sampai atribut kita di jalan di ambilin untuk mereka” apakah kita membalas mencopot atribut teman poltik kita?? Tidak bukan?? Karena dakwah tidak pernah mengajarkan seperti itu. Bahkan yang ada, terkadang kita membetulkan atribut kawan kita yang mau copot…subhanallah…tidak kah indah kerja-kerja kader dakwah kita akhi?? Tidak kah kau tertarik untuk sama-sama dengan yang lain saling membantu dalam atribusasi, yang masih menumpuk di pojokan rumah kita??
Tak ada yang sia-sia dari amal dakwah kita. Allah akan mencatatnya sebagai amal kebajikan yang akan memberatkan timbangan kebaikan di akhirat kelak. Bukankah kita diminta untuk terus beramal dan terus beramal?? Masalah hasil itu menjadi hak priogratif Allah.
“Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (At-Taubah: 105)
Akhi lalu bagaimana pembuktian cinta kita pada dakwah ini, jika panggilan syuro saja sulit kau penuhi. Jika undangan atribusasi saja kau begitu berat?? Belum lagi jika harus mengorbankan yang jauh lebih tragis..nyawa!!
Jika intimidasi sempat mengganggumu, maka marilah kita renungkan kembali sejenak. Bagaimana perjuangan Rasulullah dan para sahabat?? Apakah mereka sepi dari intimidasi? Tidak!! Justru teramat tragis ujian yang mereka lalui. Apakah mereka kemudian berhenti atau istirahat dalam berdakwah?? Tidak!! Justru mereka semakin kokoh dan yakin akan kebenaran jalan ini. Mereka menanti panggilan panggilan jihad dari waktu ke waktu, sedangkan kita berharap jangan lagi ada atribut yang harus di pasang dengan alasan malas, takut ataupun bosan.
Dan adakah cinta saat atribut kita hendak jatuh dari tempatnya, lantas kita mendiamkan begitu saja??
Seorang kader partai berwarna merah kaget dan terkagum kagum saat melihat fenomena asing dimatanya. Ia melihat sebuah keluarga naik motor sederhana yang berhenti di pinggir jalan. Lalu ibu dari ke 2 anaknya itu turun dari motor dan segera lari-lari kecil ke tengah jalan hanya untuk membetulkan bendera PKS yang hendak jatuh. Tertarik dengan fenomena itu yang tak pernah terjadi pada partainya, ia pun mengikuti rumah akhwat tersebut. Sesampainya di rumah akhwat tersebut ia pun bertanya.
“maaf bu, tadi saya liat ibu membetulkan bendera PKS di jalan. Memang motivasi ibu apa??”
“motivasi saya ibadah mas”
Subhanallah…jika saja militansi yang kita miliki seperti akhwat ini, tentu simpati datang mengalir deras tak terbendung. Tidak malukah kita dengan militansi akhwat tersebut??
“Panji itu ibarat kemuliaan, jika jatuh atau direbut lawan, sama saja menjatuhkan kemuliaan” begitu kata komandan perang. Pentingnya mempertahankan panji menjadi semangat para pasukan perang untuk mempertahankanya. Semangat ini juga harus kita miliki.
Beberapa hari lalu salah satu kader kita bersitegang dengan kurcaci penguasa yang sedang asyik mencopot atribut calon Gubernur Banten. Bermaksud mempertahankan atribut yang sudah dipasang dengan peluh dan pengorbanan yang tidak sedikit. Langkah dan sikap kader tersebut perlu dicontoh, sebagai kader, saat mengetahui panji sedang dicopot, adalah wajib mempertahankan sebisa mungkin. Tidak mendiamkan atau acuh dengan fenomena tersebut. Alhamdulillah berita itu akhirnya muncul di media massa.
“MENDADAK!!! Duarrrr!!! Malam ini atribusasi kumpul jam 21.00 di rumah akh yanto. Dateeeeeeeeeeeennngg…huft... Hehehe…
Salam
TPPC Pinang”
Tiba-tiba sms masuk ke inbox ku…mengagetkanku saat merenung panjang tentang kualitas cinta dan pengorbananku dengan dakwah ini.. Aku mengemas 3 tumpuk stiker yang masih belum tersentuh di pojok rumah ku. Dan 10 banner yang masih duduk manis dibangku belakang rumah…
“Bismillah…berangkaatt..!! malam ini “kamu” harus terpasang semua…” smangaaaaadddd!!!