Islam edia - Sejak tersiarnya kabar penculikan terhadapa aktivis Italia pro-Palestina, Vittoria Arrigoni, Jumat (15/4) dini hari lalu, apar...
Islamedia - Sejak tersiarnya kabar penculikan terhadapa aktivis Italia pro-Palestina, Vittoria Arrigoni, Jumat (15/4) dini hari lalu, aparat keamanan di Jalur Gaza langsung siaga dan segera melakukan pencarian terhadap korban. Tak lama menghilang, Arrigoni kemudian ditemukan sudah dalam keadaan tak bernyawa. Pihak Rumah Sakit yang mengotopsi jenazahnya kemudian melaporkan, Arrigoni tewas dengan cara yang cukup mengenaskan.
Tak lama kemudian, aparat keamanan Gaza telah berhasil meringkus 2 orang pelaku yang masih berstatus tersangka, dari mereka diketahui 3 orang tersangka lainnya. Setelah pelacakan berjalan dengan serius, pada waktu Zuhur, Selasa (19/4) lokasi persembunyian 3 tersangka lainnya dapat ditemukan, yaitu di dalam sebuah rumah yang berada di pemukiman Nasherat.
Aparat keamanan kemudian melakukan pendekatan dengan para tersangka dari luar rumah, mereka meminta kepada para tersangka agar menyerahkan diri sehingga operasi ini pun dapat berjalan dengan damai. Sayangnya ketiga tersangka tidak mengindahkan permintaan itu, dan mereka justru melakukan perlawanan dengan menembakkan senjata ke arah aparat keamanan, seorang dari aparat tertembak dan syukurnya ia hanya mengalami cidera ringan.
Namun demikian, pihak keamanan kembali berusaha menempuh jalan damai. Pihak Kementerian Dalam Negeri bahkan turut ambil andil, dengan mendatangkan mediator dari pihak keluarga tersangka, agar mereka dapat menenangkan anak-anaknya, sehingga dapat menyerahkan diri tanpa ada insiden pertumpahan darah. Namun upaya tersebut tidak mendapatkan respon yang baik dari para tersangka. Abdurrahman Al-Barizat , salah satu dari tersangka dengan keras menolak upaya mediasi ini, salah seorang rekannya bahkan bertindak ekstrem, ia melepaskan tembakannya yang hampir saja mencederai salah satu dari orang tua para tersangka yang sengaja dihadirkan ke lokasi pengepungan.
Sampai-sampai untuk membujuk para tersangka itu keluar dari persembunyiannya, Kementerian Dalam Negeri menghadirkan seorang tahanan yang bernama Hisyam Su'eidani ke lokasi, ia adalah pimpinan Jamaah Tauhid dan Jihad yang semula ingin dibarter dengan Arrigoni oleh para tersangka, namun upaya ini berkahir sia-sia. Setelah upaya damai ini ditempuh hingga memakan waktu 6 jam namun tak juga memeberikan hasil, akhirnya diambil kesimpulan, bahwa para tersangka menolak untuk damai dan menjamin keselamatan dirinya sendiri, maka mulailah aparat keamanan melakukan pengepungan rumah tempat persembunyian 3 tersangka itu. 2 dari aparat keamanan lalu naik ke atas atap rumah para tersangka, Abdurrahman Al Barizat yang melihat aparat yang naik ke atas atap spontan langsung melemparkan granat tangan ke arah keduanya, ledakannya menyebabkan kedua aparat itu mengalami luka ringan. Sadar rumahnya dikepung, Barizat cemas, ia kembali melemparkan granat ke lantai 2 yang ternyata justru mencederai kedua rekannya yang sedang berada di sana, salah seorang diantaranya bernama Bilal al Umri mengalami luka sangat serius, sedangkan rekannya seorang lagi bernama Mahmud As Salfiti mengalami luka ringan. Barizat sendiri akhirnya bunuh diri, dengan menembakkan senjata ke arah dirinya.
Melihat kronoligis penangkapan seperti ini, maka kami dari Kementerian Dalam Negeri menyikapinya sebagai berikut:
1.Kami mengucapkan terimakasih kepada aparat keamanan dengan para pimpinannya, yang telah berupaya maksimal dalam menyingkap kasus pembunuhan ini, dan telah berhasil menangkap para pelaku dalam waktu yang singkat. Dengan ini mereka telah memenuhi janjinya untuk menangkap para pelaku pembunuhan terhadap aktivis Italia pro-Palestina, Vittoria Arrigoni. Sehingga dapat mengungkap jaringan kejahatan tersebut tanpa mengalami kerugian yang berarti. Kami juga ucapkan terimakasih, kepada masyarakat yang berada di lokasi kejadian, yang dapat bekerjasama dengan baik bersama para aparat keaman.
2.Kementerian Dalam Negeri dengan aparaturnya telah bekerja dengan baik, dan berupaya maksimal agar operasi ini tidak menyebabkan adanya pertumpahan darah, dengan menjamin keamanan para tersangka untuk kemudian dihukum sesuai dengan undang-undang yang berlaku, walau kemudian para tersangka tidak kooperatif dan tetap dengan sikap radikalnya.
3.Operasi ini menjadi pelajaran penting bagi mereka yang berencana untuk mengobrak-abrik sistem keamanan negara dan bangsa Palestina.
4.Mereka yang berada di balik tindakan kejahatan dalam kasus ini telah gagal, mereka tidak mendapatkan apa-apa, melainkan semakin kuat dan tegarnya bangsa Palestina dalam menghadapi ujian. Kejahatan ini bahkan dapat segera terungkap, dan mengetahui siapa para teroris yang menteror gerakan masyarakat internasional dengan menghalangi upaya solidaritas mereka untuk Gaza. Terkhusus Zionis yang terus menempuh berbagai cara, bagaimana agar “Armada Kebebasan II” gagal dilaksanakan. Mereka adalah para aktivis pro-Palestina, yang lahir sebagi bukti kepedulian masyarakat dunia setelah miris melihat blokade terhadap Gaza yang berlangsung sejak 5 tahun silam. (KNRP)
Tak lama kemudian, aparat keamanan Gaza telah berhasil meringkus 2 orang pelaku yang masih berstatus tersangka, dari mereka diketahui 3 orang tersangka lainnya. Setelah pelacakan berjalan dengan serius, pada waktu Zuhur, Selasa (19/4) lokasi persembunyian 3 tersangka lainnya dapat ditemukan, yaitu di dalam sebuah rumah yang berada di pemukiman Nasherat.
Aparat keamanan kemudian melakukan pendekatan dengan para tersangka dari luar rumah, mereka meminta kepada para tersangka agar menyerahkan diri sehingga operasi ini pun dapat berjalan dengan damai. Sayangnya ketiga tersangka tidak mengindahkan permintaan itu, dan mereka justru melakukan perlawanan dengan menembakkan senjata ke arah aparat keamanan, seorang dari aparat tertembak dan syukurnya ia hanya mengalami cidera ringan.
Namun demikian, pihak keamanan kembali berusaha menempuh jalan damai. Pihak Kementerian Dalam Negeri bahkan turut ambil andil, dengan mendatangkan mediator dari pihak keluarga tersangka, agar mereka dapat menenangkan anak-anaknya, sehingga dapat menyerahkan diri tanpa ada insiden pertumpahan darah. Namun upaya tersebut tidak mendapatkan respon yang baik dari para tersangka. Abdurrahman Al-Barizat , salah satu dari tersangka dengan keras menolak upaya mediasi ini, salah seorang rekannya bahkan bertindak ekstrem, ia melepaskan tembakannya yang hampir saja mencederai salah satu dari orang tua para tersangka yang sengaja dihadirkan ke lokasi pengepungan.
Sampai-sampai untuk membujuk para tersangka itu keluar dari persembunyiannya, Kementerian Dalam Negeri menghadirkan seorang tahanan yang bernama Hisyam Su'eidani ke lokasi, ia adalah pimpinan Jamaah Tauhid dan Jihad yang semula ingin dibarter dengan Arrigoni oleh para tersangka, namun upaya ini berkahir sia-sia. Setelah upaya damai ini ditempuh hingga memakan waktu 6 jam namun tak juga memeberikan hasil, akhirnya diambil kesimpulan, bahwa para tersangka menolak untuk damai dan menjamin keselamatan dirinya sendiri, maka mulailah aparat keamanan melakukan pengepungan rumah tempat persembunyian 3 tersangka itu. 2 dari aparat keamanan lalu naik ke atas atap rumah para tersangka, Abdurrahman Al Barizat yang melihat aparat yang naik ke atas atap spontan langsung melemparkan granat tangan ke arah keduanya, ledakannya menyebabkan kedua aparat itu mengalami luka ringan. Sadar rumahnya dikepung, Barizat cemas, ia kembali melemparkan granat ke lantai 2 yang ternyata justru mencederai kedua rekannya yang sedang berada di sana, salah seorang diantaranya bernama Bilal al Umri mengalami luka sangat serius, sedangkan rekannya seorang lagi bernama Mahmud As Salfiti mengalami luka ringan. Barizat sendiri akhirnya bunuh diri, dengan menembakkan senjata ke arah dirinya.
Melihat kronoligis penangkapan seperti ini, maka kami dari Kementerian Dalam Negeri menyikapinya sebagai berikut:
1.Kami mengucapkan terimakasih kepada aparat keamanan dengan para pimpinannya, yang telah berupaya maksimal dalam menyingkap kasus pembunuhan ini, dan telah berhasil menangkap para pelaku dalam waktu yang singkat. Dengan ini mereka telah memenuhi janjinya untuk menangkap para pelaku pembunuhan terhadap aktivis Italia pro-Palestina, Vittoria Arrigoni. Sehingga dapat mengungkap jaringan kejahatan tersebut tanpa mengalami kerugian yang berarti. Kami juga ucapkan terimakasih, kepada masyarakat yang berada di lokasi kejadian, yang dapat bekerjasama dengan baik bersama para aparat keaman.
2.Kementerian Dalam Negeri dengan aparaturnya telah bekerja dengan baik, dan berupaya maksimal agar operasi ini tidak menyebabkan adanya pertumpahan darah, dengan menjamin keamanan para tersangka untuk kemudian dihukum sesuai dengan undang-undang yang berlaku, walau kemudian para tersangka tidak kooperatif dan tetap dengan sikap radikalnya.
3.Operasi ini menjadi pelajaran penting bagi mereka yang berencana untuk mengobrak-abrik sistem keamanan negara dan bangsa Palestina.
4.Mereka yang berada di balik tindakan kejahatan dalam kasus ini telah gagal, mereka tidak mendapatkan apa-apa, melainkan semakin kuat dan tegarnya bangsa Palestina dalam menghadapi ujian. Kejahatan ini bahkan dapat segera terungkap, dan mengetahui siapa para teroris yang menteror gerakan masyarakat internasional dengan menghalangi upaya solidaritas mereka untuk Gaza. Terkhusus Zionis yang terus menempuh berbagai cara, bagaimana agar “Armada Kebebasan II” gagal dilaksanakan. Mereka adalah para aktivis pro-Palestina, yang lahir sebagi bukti kepedulian masyarakat dunia setelah miris melihat blokade terhadap Gaza yang berlangsung sejak 5 tahun silam. (KNRP)